“Selimuti aku.. selimuti aku..” Begitu pinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dengan tubuh gemetar kepada istrinya, Khadijah radhiallahu ‘anha. Khadijah pun menyelimuti beliau shallallahu ‘alaihi wassalam hingga beliau shallallahu ‘alaihi wassalam merasa tenang.
“Aku sangat mengkhawatirkah diruku” sambung rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Dengan lembut Khadijah pun berkata, “tidak, demi Allah, Allah tidak akan menjadikanmu bersedih sama sekali. Engkau adalah orang yang suka menyambung silaturahmi, menghormati tamu, suka meringankan beban orang lain dan menolong orang yang tertimpa musibah. (Mukhtashar al bidayah Wan nihayah, Ibnu Katsir, 158)
Tak hanya menghibur, untuk lebih menenangkan suami tercintanya, Khadijah radhiallahu’anha kemudian mengajak rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam menemui pamannya, waraqah bin naufal, seorang ahli kitab. Hingga pada akhirnya beliau shallallahu ‘alaihi wassalam yakin bahwa puncak kegelisahan yang baru saja beliau alami adalah awal dari sebuah hidayah yang tidak hanya merubah wilayah arab saja, tapi seluruh alam.
Kriteria Suami yang Baik
Sebelum menuntut banyak hal kepada Istri, alangkah baiknya jika kita memenuhi dulu kriteria suami yang baik menurut dialog antara Khadijah radhiallau’anha dan rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam diatas. Yakinkan istri kita bahwa kita adalah suami yang baik yang harus didukung perubahannya.
Kriteria suami yang baik menurut dialog tersebut adalah:
- Suka menyambung tali silaturahim.
- Menghormati tamu.
- Suka meringankan beban orang lain.
- Menolong orang yang tertimpa musibah.
Sudahkan kita memenuhi kriteria-kriteria tersebut? Untuk para suami, kriteria tersebut harus wajib dipenuhi agar istri menjadi semakin yakin bahwa suaminya adalah suami yang baik yang harus didukung setiap rencana perubahannya.
Ketika suami gelisah
Pelajaran lain yang bisa diambil dari kisah tersebut adalah bagaimana memperlakukan suami ketika suami gelisah, galau, sedih, tertimpa musibah.
Mari kita tanyakan kepada diri kita, apa yang akan kita lakukan pertama kali saat melihat suami masuk rumah dalam keadaan galau, tatapan kosong, atau bahkan hingga meneteskan airmata layaknya anak kecil..??
Sependek yang saya tahu, respon istri biasanya adalah kalimat Tanya “kenapa?” “ada apa?” atau kalimat-kalimat Tanya sejenis.
Ummul mu’minin Khadijah radhiallahu’anhu memberikan sebuah solusi yang sangat aplikatif bagi para istri untuk menyambut suami tersebut.
- Saat suami pulang dalam keadaan gelisah, usahakan jangan banyak bertanya. Lakukan apa yang diinginkan suami. Apabila suami tidak berkata apa-apa, berikan sentuhan fisik untuk memberi ketenangan pada suami tercinta.
Hal ini juga dilakukan Khadijah saat menyambut suaminya yang sedang gelisah. Masuk rumah dengan tubuh gemetar dan ketakutan, Khadijah tidak serta merta langsung menanyakan, “Ada apa wahai suamiku?”, “Engkau kenapa wahai suamiku?”.
Baliau radhiallahu’anha melakukan apa yang diperintahkan oleh suami tercintanya, bahkan Khadijah tidak menanyakan apa yang terjadi hingga suaminya sendiri yang menceritakan kisahnya kepada Khadijah.
- Saat suami sudah tenang, jadilah istri yang siap mendengarkan. Jangan memotong dan menunjukkan sikap tidak percaya terhadap kisah yang dialami sang suami.
- Hibur suami dengan kalimat hiburan yang bisa menenangkan.
- Saat suami mengeluarkan kalimat kurang percaya diri terhadap dirinya sendiri, jadilah orang pertama yang percaya dan menyebutkan kelebihan-kelebihan suami.
- Damping suami dan jadilah istri yang menawarkan alternatif solusi dari setiap proses perubahan yang bisa mendekatkan diri kepada Allah.
- Berikanlah waktu sejenak untuk suami agar istirahat.
- Ajak suami untuk menemui orang yang berilmu yang dapat memberikan solusi atas masalahnya tersebut.
Semoga Allah memudahkan kita untuk memenuhi kriteri Suami yang baik dan menjadikan istri kita sebagai penyejuk hati dan pandangan kita