Mulai dengan perkataan yang baik

Image

Suatu ketika, ada empat orang pemuda yang sedang duduk di dekat rukun Yamani. Empat pemuda itu adalah Abdullah bin Zubair, Mush’ab bin Zubair, Urwah bin Zubair, dan Abdul Malik bin Marwan. Mereka sedang membicarakan topik yang sangat serius hingga salah seorang dari mereka mengusulkan agar masing-masing mengemukakan cita-cita yang didambakannya. Maka imajinasi mereka pun melambung tinggi menembus langit membayangkan apa yang paling mereka inginkan kelak suatu saat.

Abdullah bin Zubair mengawali pembicaraan cita-citanya, “Cita-citaku adalah menguasai seluruh Hijaz dan menjadi Khalifahnya”

Mush’ab bin Zubair kemudian menyusul, “Kalau aku, aku ingin menguasai dua wilayah Irak dan tidak ada yang menggulingkan kekuasaanku”

Selanjutnya, Abdul Malik bin Marwan berkata, “Kalau kalian berdua cukup dengan wilayah tersebut, maka aku tidak akan puas sebelum menguasai seluruh dunia dan menjadi khalifah setelah Mu’awiyah bin Abi Sufyan”

Urwah bin Zubair masih terdiam belum mengatakan cita-citanya. Ketiga sahabatnya tersebut mendekatinya dan bertanya, “Bagaimana denganmu, apa cita-citamu kelak wahai Urwah?” Urwah pun menjawab, “Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberkahi semua cita-cita dari urusan dunia kalian. Kalau aku, aku ingin menjadi orang alim sehingga orang-orang akan belajar dan mengambil ilmu tentang kitab Allah, Sunnah Nabi-Nya dan hukum-hukum agama ini dariku, lalu aku berhasil di akhirat dan memasuki syurga dengan ridha Allah.”

Hari berganti, bulan dan tahun pun berlalu. Abdullah bin Zubair berhasil menjadi khalifah dan menguasai Hijaz, Mesir, Yaman, Khurasan dan Irak meskipun pada akhirnya terbunuh di Ka’bah.

Saudaranya, Mush’ab bin Zubair juga telah berhasil menguasai Irak sepeninggal saudaranya Abdullah bin Zubair.

Abdul Malik bin Marwan menjadi khalifah kaum muslimin setelah terbunuhnya Abdullah dan Mush’ab bin Zubair.

Kemudian Urwah bin Zubair, sejarah Islam telah mencatat bahwa beliau berhasil menjadi salah satu dari Fuqaha As-sab’ah Madinah yang menjadi sandaran kaum muslimin dalam urusan agama mereka.

Subhanallah wal hamdulillah, begitulah dahsyatnya sebuah ucapan. Perkataan yang mungkin kita anggap remeh tapi bernilai besar di sisi Allah.

Mari kita simak hadist berikut, Bilal bin Al Harits Al Muzanni radhiyallahu ‘anhu, sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Salam, berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ فَيَكْتُبُ اللَّهُ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ فَيَكْتُبُ اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ

“Bisa jadi salah seorang dari kalian mengucapkan sepatah kata yang membuat Allah ridha, ia tidak mengira kalimat itu sampai seperti itu, lalu karenanya Allah mencatat keridhaan untuknya hingga hari ia bertemu denganNya dan bisa jadi salah seorang diantara kalian mengucapkan sepatah kata yang membuat Allah murka, ia tidak mengira kalimat itu sampai seperti itu lalu Allah mencatat kemurkaanNya untuk orang itu hingga saat ia bertemu denganNya” (HR. Tirmidzi no. 2241, shahih)

Mari kita mulai dengan lisan kita, mari kita mulai dengan perkataan yang baik. Sebuah pelajaran yang berharga dari kisah 4 pemuda generasi awal dari Ummat ini, perkataan yang mereka ucapkan di tempat mulia akhirnya di Ijabah oleh Allah. Selalu ucapkan hal yang baik dan jauhi perkataan yang buruk apapun kondisinya. Karena kita tidak tahu pada ucapan mana Allah akan ridha dan murka terhadap kita. Karena kita tidak tahu pada ucapan mana Allah akan mewujudkan perkataan tersebut.

Ajarkan dia cara terkenal… dikalangan penduduk langit

Ajarkan anakmu cara – cara menjadi orang yang terkenal dikalangan penduduk langit.

Begitulah sebuah kalimat sederhana yang bisa disimpulkan ketika kita membaca kisah seorang tabi’in ini. Manusia yang belum pernah sekalipun bertemu dengan Rasulullah ﷺ, tapi beliau ﷺ mengenal manusia ini. Sosok manusia yang Rasulullah ﷺ mensifatinya sebagai tabi’in terbaik.

… إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ

Sesungguhnya tabi’in yang terbaik adalah seorang pria yang bernama Uwais… (HR. Muslim)

Ya, tabi’in paling baik..

Padahal, dia bukanlah seorang ahli ‘ilmu dikalangan kaum muslimin ketika itu, bukan seorang ahli hadist, pun juga ahli fiqh. Kita tidak akan pernah menjumpai satu kitab karangan beliau beredar dikalangan para pencari ilmu. Tidak ada satu hadist pun yang diriwayatkan dari jalur beliau. Tapi, Rasulullah ﷺ tetap menyebut beliau sebagai sebaik-baik tabi’in.

Kisah ini bermula dari perjumpaannya dengan khalifah kaum muslimin saat itu, amirul mu’minin Umar bin Khaththab. (HR-Muslim 4613, shahih)

…عَنْ أُسَيْرِ بْنِ جَابِرٍ قَالَ كَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ إِذَا أَتَى عَلَيْهِ أَمْدَادُ أَهْلِ الْيَمَنِ سَأَلَهُمْ أَفِيكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ

Dari Usair bin Jabir dia berkata: “Ketika Umar bin Khaththab didatangi oleh rombongan orang-orang Yaman, ia selalu bertanya kepada mereka: ‘Apakah Uwais bin Amir dalam rombongan kalian?

Begitulah Umar saat menjumpai rombongan yang datang dari negeri Yaman, bertanya dengan pertanyaan yang sama untuk setiap rombongan yang datang. “Apakah ada seseorang yang bernama Uwais bin Amir dalam rombongan kalian?”

…حَتَّى أَتَى عَلَى أُوَيْسٍ فَقَالَ أَنْتَ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ قَالَ نَعَمْ…

Hingga pada suatu hari, Khalifah Umar bin Khaththab bertemu dengan Uwais seraya bertanya: ‘Apakah kamu Uwais bin Amir? ‘ Uwais menjawab: ‘Ya. Benar saya adalah Uwais.’

Tuntas sudah pencarian Umar terhadap laki-laki ini, setelah sekian lama akhirnya beliau bisa menemukan seseorang yang bernama Uwais bin Amir, selanjutnya Umar pun bertanya lagi untuk memastikan Uwais yang ada dihadapannya saat ini adalah Uwais yang sesuai dengan yang sedang dia cari selama ini:

…قَالَ مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَكَانَ بِكَ بَرَصٌ فَبَرَأْتَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ قَالَ نَعَمْ قَالَ لَكَ وَالِدَةٌ قَالَ نَعَمْ…

Khalifah Umar bertanya lagi: ‘Kamu berasal dari Murad dan kemudian dan Qaran? ‘ Uwais menjawab: ‘Ya benar.’ Selanjutnya Khalifah Umar bertanya lagi: ‘Apakah kamu pernah terserang penyakit kusta lalu sembuh kecuali tinggal sebesar mata uang dirham pada dirimu? ‘ Uwais menjawab: ‘Ya benar.’ Khalifah Umar bertanya lagi: ‘Apakah ibumu masih ada? ‘ Uwais menjawab: ‘Ya, ibu saya masih ada.’

Tepat, semua ciri sudah benar. Inilah pemuda yang dicari oleh Umar selama ini. Perasaan lega dan senang terpancar di wajah Umar. Selanjutnya Umar pun menyampaikan sebuah kabar yang pernah disampaikan oleh Rasulullah ﷺ

قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَأْتِي عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ فَإِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ

Khalifah Umar bin Khaththab berkata: ‘Hai Uwais, sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Uwais bin Amir akan datang kepadamu bersama rombongan orang-orang Yaman yang berasal dari Murad kemudian dari Qaran. Ia pernah terserang penyakit kusta lalu sembuh kecuali tinggal sebesar uang dirham. Ibunya masih hidup dan ia selalu berbakti kepadanya. Kalau ia bersumpah atas nama Allah maka akan dikabulkan sumpahnya itu, maka jika kamu dapat memohon agar dia memohonkan ampunan untuk kalian, lakukanlah!

Umar bin Khaththab, seorang yang Rasulullah menyebut beliau dengan (HR-Ahmad 1543, shahih)

…وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ…

…Umar di syurga…

Tapi masih diperintahkan untuk memintakan ampunan Allah lewat Uwais, seseorang yang tidak pernah berjumpa dengan Rasulullah ﷺ sebelumnya

Begitulah sosok pemuda ini, tidak ada yang mengenalnya dikalangan penduduk bumi. Bahkan diantara para shahabat Rasulullah ﷺ, hanya Umar yang senantiasa menanyakan keberadaannya diantara rombongan yang datang dari Yaman. Akan tetapi sangat terkenal di kalangan penduduk langit.

Begitulah pemuda ini, ikhlas nya dia berbakti kepada ibu menjadikan sumpahnya pasti dikabulkan oleh Rabbul ‘alamin. Ikhlasnya dia berbakti kepada ibu menjadikan dia menjadi selebriti di kalangan penduduk langit.

Maka ajarkanlah anak kita cara-cara menjadi terkenal di kalangan penduduk langit. Ya, ajarkanlah anak kita cara-cara berbakti kepada kita dengan ikhlas.

Doa yang (Insyaallah) pasti diterima

Adakah yang ingin doanya dikabulkan? Atau dosanya diampuni oleh Allah?

Semua orang, termasuk saya, pasti sangat mau jika doa yang dipanjatkan dikabulkan oleh Rabbul ‘Alamin.

Mari kita simak penuturan sahabat ‘Ubadah bin Shamit menuturkan dari Nabi ﷺ berikut ini (HR-Bukhari 1086, No 1154 versi Fathul Bari):

صحيح البخاري ١٠٨٦: حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ الْفَضْلِ أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ هُوَ ابْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي عُمَيْرُ بْنُ هَانِئٍ قَالَ حَدَّثَنِي جُنَادَةُ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ حَدَّثَنِي عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ تَعَارَّ مِنْ اللَّيْلِ فَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي أَوْ دَعَا اسْتُجِيبَ لَهُ فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلَاتُهُ

 

Telah menceritakan kepada kami Shadaqah bun AL Fadhal telah mengabarkan kepada kami Al Walid, dia adalah anak dari Muslim telah menceritakan kepada kami Al Awza’iy berkata: telah menceritakan kepada saya ‘Umair bin Hani’ berkata: telah menceritakan kepada saya Junadah bin Abu Umayyah telah menceritakan kepada saya ‘Ubadah bin Ash-Shamit dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Siapa yang bangun di malam hari lalu membaca “laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir. Alhamdulillahi wa subhaanallah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar wa laa haula wa laa quwwata illa billah” (Tidak ada ilah yang berhaq disembah kecuali Allah satu-satunya, tidak ada sekutu bagiNya. Dialah yang memiliki kerajaan dan baginNya segala pujian dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Segala puji bagi Allah dan Maha Suci Allah dan tidak ada ilah kecuali Allah dan Allah Maha Besar dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan Dia)

Kemudian dilanjutkan dengan membaca “Allahummaghfirlii” (Ya Allah ampunilah aku) atau berdo’a, maka akan dikabulkan baginya. Jika dia berwudlu’ lalu shalat maka shalatnya diterima.”

Dari hadist diatas, hal yang menurut kita (atau paling tidak saya) tampaknya sederhana bisa memberikan manfaat yang luar biasa bagi yang mengamalkan. Jadi, tepat setelah kita bangun tidur, baca:

laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir. Alhamdulillahi wa subhaanallah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar wa laa haula wa laa quwwata illa billah

kemudian dilanjutkan dengan:

  • membaca Allahummaghfirlii (Ya Allah ampunilah aku), Maka dosanya akan diampuni.
  • Berdo’a, Maka doanya akan dikabulkan.
  • Berwudhu kemudian shalat, Maka shalatnya tersebut akan diterima.

Cukup sederhana bukan?

Mmm.. tidak terlalu sederhana untuk yang tidak biasa melakukan. Kebiasaan orang masa kini, apabila mereka bangun tidur, hal pertama yang dilakukan adalah melihat HP, atau menarik selimut kembali tidur, kemudian lupa untuk melakukan amalan diatas. Memohon kepada Allah untuk dimudahkan mengerjakan amalan sholih adalah kuncinya.

Sederhana, tapi memberikan manfaat yang luar biasa. Semoga kita diberi kekuatan untuk mengamalkannya.

 

Kyoto, 3 Januari 2019

Hidayat Panuntun

 

Penaklukan Mekah dan suara adzan yang menggema

Janji Allah untuk rasulNYA adalah sebuah kepastian yang 100% pasti akan terjadi. Begitulah ketetapan yang akan berlaku hingga hari kiamat kelak.

Adalah janji Allah pula bahwa Rasulullah Muhammad ﷺ dan ummatnya, setelah terusir dari kota Mekah, akan memasukinya dengan aman. Banyak buku sejarah yang menuliskan proses penaklukan kota suci tersebut, bagaimana persiapannya, bagaimana Rasulullah ﷺ berusaha menyembunyikan rencana, bagaimana 10ribu pasukan berjalan melintas dari madinah menuju mekah tanpa diketahui oleh orang kafir Quraisy ketika itu.

Singkat cerita, waktu shalat telah tiba dihari penaklukan kota Mekah. Setelah berhala yang berada di dalam dan sekitar sudah dihancurkan, Rasulullah ﷺ memerintahkan Bilal bin Rabah untuk adzan. Suara yang dahulu paling dibenci oleh penduduk kota ini ketika cahaya hidayah belum menyapa mereka, Suara yang dahulu ketika telinga mereka mendengarnya, si pemilik suara sudah pasti bakal babak belur dihajar oleh penduduk kota itu, kini bebas menggema.

Adalah Abu Sufyan bin harb, Attab bin Asid, dan Harits bin Hisyam sedang duduk di pelataran Ka’bah ketika suara adzan menggema. Attab pun kemudian berkata, “Allah telah memuliakan Asid (Asid adalah bapaknya Attab) karena tidak perlu mendengar ini. Andaikata mendengarnya, tentu dia akan murka”

Haris pun tak kalah lantang bersuara,”Demi Allah, kalau aku tahu itu benar maka aku akan mengikutinya (Rasulullah ﷺ)”

Nama terakhir, Abu Sufyan bin harb, yang saat itu sudah memeluk islam, dengan bijak mengatakan, “Demi Allah, aku tidak akan mengatakan apapun. Jika aku berbicara, kerikil-kerikil ini pasti akan memberitahukan apa yang aku bicarakan kepadanya (Rasulullah ﷺ)”

Tiba-tiba Rasulullah ﷺ keluar menemui mereka, kemudian bersabda, “Aku tahu apa yang kalian ucapkan”. Rasulullah ﷺ pun mengulangi dengan sama persis seperti yang diucapkan ketiga orang tersebut. Haris dan Attab pun langsung berkata, “Aku bersaksi bahwa Engkau adalah Rasulullah, Demi Allah tidak ada seorang pun yang mendengarkan apa yang kami ucapkan. Kami juga tidak memberitahukan perkataan kami tersebut kedapa orang lain”

Dan begitulah, suara yang dahulunya mereka benci itu pada akhirnya bebas berkumandang di kota Mekah.

Saat ini, nun jauh di Negeri seberang sana, saat adzan direndahkan, disebut bukan suci, dan bahkan ada yang dilarang.

Disini saya merindukan gema suara itu.

 

Kyoto, 12 April 2018

Hidayat Panuntun

Belajar dari seorang nenek tua

nenek-tuaSuatu ketika saat Rasulullah ﷺ berkunjung ke kediaman seorang arab badui, saat hendak pulang Rasulullah ﷺ meminta kepada arab badui untuk datang ke Madinah agar Rasulullah ﷺ bisa membalas kebaikannya.

Saat badui tersebut datang, beliau ﷺ bersabda kepadanya, “Wahai badui, katakanlah keperluanmu?”.

Dia menjawab, “Yaa Rasulullah, seekor unta betina dengan pelananya dan domba betina yang bisa diperah oleh keluargaku”. Setelah mendengar jawaban tersebut, Rasulullah ﷺ pun menanyakan ulang pertanyaannya dan dijawab dengan hal yang sama pula oleh orang arab badui tersebut.

Rasulullah ﷺ pun menjawab “Mengapa kamu tidak seperti nenek tua Bani Israil?”

Mendengar pertanyaan tersebut, para sahabat balik bertanya, “Ya Rasulullah, siapa nenek tua Bani Israil itu?”

Rasulullah ﷺ kemudian menjelaskan “Sesungguhnya (Nabi )Musa hendak berjalan membawa Bani Israil, tetapi dia tersesat di jalan. Maka para ulama Bani Israil berkata kepadanya, ‘Kami katakan kepadamu bahwa (Nabi) Yusuf mengambil janji janji Allah atas kami, agar kami tidak pergi dari Mesir sehingga kami memindahkan jasad-nya bersama kami.”

Nabi Musa bertanya, “Siapa di antara kalian yang mengetahui kubur (Nabi) Yusuf?”

Mereka menjawab, “Yang tahu di mana kuburan Yusuf hanyalah seorang wanita tua Bani Israil.”

Musa memintanya agar dihadirkan. Musa berkata kepadanya, “Tunjukkan kepadaku di mana kubur Yusuf.”

Wanita itu menjawab, Aku tidak mau hingga aku menemanimu di Surga.

Musa tidak menyukai permintaannya, maka Allah mewahyukan kepadanya, “Kabulkan permintaannya.”

Musa pun memberikan apa yang diminta. Lalu wanita itu mendatangi sebuah danau dan berkata, “Kuraslah airnya.” Ketika air telah surut, wanita itu berkata, “Galilah di sini.” Begitu mereka menggali, mereka menemukan jasad Yusuf”

(Hadist riwayat Al-Hakim, dalam Al-Mustadrak (2/624) No.4088)

Sebuah permintaan sederhana yang keluar dari mulut nenek tersebut. Nenek yang faham bahwa masa kehidupan di dunia ini hanyalah sebentar saja, maka nenek tersebut meminta permohonan untuk kehidupan yang masanya sangat lama (kekal).

Mari kita tengok doa kita, berapa bagian doa yang kita mintakan kepada Allah untuk kebutuhan akhirat, berapa bagian pula doa yang kita mintakan untuk kehidupan dunia?

 

Kyoto, 10 Nopember 2016

Hidayat Panuntun

Murah dibumi, mahal dilangit

mahal di langit

Kita sudah cukup familiar dengan sebuah untaian kata “tidak terkenal di bumi, terkenal di langit” untuk menggambarkan sosok uwais bin amir al-qarn.

Kali ini mari kita duduk dan mendengarkan sebuah hadist, yang mengabarkan sesosok manusia yang paling cocok digambarkan dengan kalimat “Murah di bumi, akan tetapi mahal di langit”.

Mari kita duduk dan mendengarkan kisah yang disampaikan oleh sahabat Nabi Shallallahu’alaihi wasallam, Anas bin Malik radiallahu ‘anhu.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، أَنَّ رَجُلا مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ كَانَ اسْمُهُ زَاهِرًا , وَكَانَ يُهْدِي إِلَى

النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , هَدِيَّةً مِنَ الْبَادِيَةِ ، فَيُجَهِّزُهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ,

إِذَا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إِنَّ زَاهِرًا بَادِيَتُنَا وَنَحْنُ

حَاضِرُوهُ ” وَكَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّهُ وَكَانَ رَجُلا دَمِيمًا , فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى

:اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , يَوْمًا وَهُوَ يَبِيعُ مَتَاعَهُ وَاحْتَضَنَهُ مِنْ خَلْفِهِ وَهُوَ لا يُبْصِرُهُ ، فَقَالَ

مَنْ هَذَا ؟ أَرْسِلْنِي . فَالْتَفَتَ فَعَرَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ لا يَأْلُو مَا

أَلْصَقَ ظَهْرَهُ بِصَدْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ عَرَفَهُ ، فَجَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ

عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , يَقُولُ : ” مَنْ يَشْتَرِي هَذَا الْعَبْدَ ” ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِذًا وَاللَّهِ

تَجِدُنِي كَاسِدًا ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” لَكِنْ عِنْدَ اللَّهِ لَسْتَ بِكَاسِدٍ ” أَوْ

قَالَ : ” أَنتَ عِنْدَ اللَّهِ غَالٍ ”

Dari Anas bin Malik: ‘Bahwasanya ada seorang dari penduduk desa (Arab badui) yang bernama Zahir, dia selalu menghadiahkan berbagai hadiah dari desa untuk Nabi ﷺ. Jika Nabi ﷺ hendak keluar, beliau menyiapkan perbekalannya.

Lalu bersabda: ‘Sesungguhnya Zahir adalah desa kami (maksudnya beliau ﷺ bisa belajar darinya sebagaimana orang Badui mengambil manfaat dari padang Sahara) dan kami adalah kotanya (yang membuka pintu Madinah lebar-lebar untuk kehadirannya). Nabi ﷺ mencintainya, dia adalah seorang yang buruk wajahnya namun baik hatinya.

Suatu hari Nabi ﷺ mendatanginya sementara ia sedang menjual barangnya, lalu beliau mendekapnya dari belakang, sementara dia tidak bisa melihat beliau. Zahir berseru: ‘Siapa ini? Lepaskan aku!’ Kemudian ia menengok ke belakang dan ia tahu bahwa itu adalah Nabi ﷺ. Ketika dia tahu, dia tetap merapatkan punggungnya agar bersentuhan dengan dada Nabi ﷺ.

Lalu Nabi ﷺ berseru, ‘Siapa yang mau membeli hamba sahaya ini?’ Zahir menjawab, ‘Wahai Rasulullah, kalau begitu demi Allah, engkau akan mendapatiku (terjual) sangat murah.’ Nabi ﷺ bersabda, ‘Akan tetapi, di sisi Allah engkau tidaklah murah.’ atau ‘Di sisi Allah engkau sangat mahal.’ (HR. Ahmad 12669).

Banyak orang berusaha agar menjadi berharga (terkenal), dihormati oleh orang lain di muka bumi ini. Tidak sedikit pula orang yang mengasuransikan suaranya, betisnya, dan bagian tubuh lainnya karena merasa itu berharga dan harus dijaga bagi orang tersebut selama hidup di dunia.

Akan tetapi di akhirat, tidak sedikit yang melupakan bagian untuk kampung abadi tersebut.

Maka, sungguh indah nasihat dari para salaf,

إذا رأيت الرجل ينافسك في الدنيا فنافسه في الآخرة

“Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat”

Jangan sedih apabila engkau diremehkan dan tidak dianggap oleh orang lain, jadilah engkau mahal disisi Allah Pemilik Langit dan Bumi.

.

Kyoto, 19 Juli 2016

Hidayat Panuntun

 

Engkau adalah tabungan untuk akhiratku

tabungan akhiratBeberapa hari terakhir ini, ammar (3 yr 2 mo) – anak pertama kami, di kasur pegang perut sambil bilang, “abi, pelut mas ammar kotelaksi (mau bilang “kontraksi” maksudnya)”.

Spontan kami pun tertawa mendengar kalimat itu, setengah heran, gimana dia bisa membuat kalimat dengan kata kontraksi, sebuah kata yang bahkan calon ibu yang baru hamil pertama kali kadang bingung rasanya bagaimana.

Dilain waktu, ammar berbincang dengan adeknya (Maryam) saat adeknya ngambil mainan punya dia, ammar pun berkata “itu punya mas ammar, sayaang”,

Atau saat adeknya mau numpahin air yang ada digelas, “jangan naak”

dilain waktu terkadang saat abinya batuk/bersin, ammar pun berkata “yahamukawoh (yarhamukallah-maksudnya)”

Tertawa geli kami melihat kalimat demi kalimat yang keluar dari anak pertama kali. Setelah kami pikir-pikir, hampir semua kalimat yang keluar dari mulut ammar adalah kalimat yang sering keluar dari mulut ummi dan abinya.

Begitulah tabiat seorang anak kecil, orangtuanya lah yang menjadi guru pertama bagi si-anak, madrasah kehidupan dia pertama kali ketika berada di dunia. Jika si Bapak dan Ibu mengajari anaknya dengan kebaikan, insyaallah dia akan mengenal kebaikan sejak dini, begitu pula sebaliknya. Masih ingatkah kita dengan hadist ini

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara), maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan ath-Thabarani dalam al-Mu’jamul Kabir.

 

Setiap buah akan jatuh tidak jauh dari pohonnya. Begitu pula dengan seorang anak, semua yang ada pada diri si-anak tidak jauh beda dengan orang tuanya. Bisa kita perhatikan, bapak-ibunya penyanyi, anaknya pun diarahkan jadi penyanyi. Bapak-Ibunya artis maka anaknya pun sedari kecil diorbitkan menjadi artis.

 

Anak adalah asset

 

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau do’a anak yang shalih.” (HR. Muslim no. 1631)

Memulai mengajarkan kebaikan kepada anak dari sejak dini merupakan sebuah usaha yang insyaallah bisa mendatangkan kebaikan untuk orang tua.

Berdoa meminta kepada Allah sebagaimana Nabi Ibrahim meminta diberikan keturunan yang sholih.

Tawakkal kepadaNYA sebagaimana Nabi Ya’qub berserah diri kepada Allah saat kehilangan putra tercintanya, Nabi Yusuf.

Mari mencetak asset terbaik untuk bekal kampung akhirat kita.

[embedyt] http://www.youtube.com/watch?v=YZ3YIzzCWnQ[/embedyt]

 

Kyoto, 8 Juli 2016

Hidayat Panuntun

Saat Rasulullah menjabat tangannya dihari kiamat

salam_tangan

Apa yang biasa dilakukan orang (fans) ketika bertemu dengan idolanya dalam acara jumpa fans??

Histeris?? Minta foto bareng?? Bersalaman? Cipika/cipiki?

Singkat kata, fans tersebut pasti senang bukan kepalang, apalagi sampai diajak tour oleh idolanya tersebut.

Kemudian sekarang coba bayangkan, apabila kita bertemu Nabi ﷺ lalu beliau meraih tangan kita… di hari KIAMAT.

Hari dimana setiap manusia akan mengalami kesulitan yang banyak, kecuali yang dimudahkan oleh ﷲ

Salah satu fans yang beruntung mendapatkan uluran tangan Nabi ﷺ dihari kiamat adalah seorang tua yang hidup di masa Nabi ﷺ.

Mari kita simak penuturan Al-Walid berikut ini:

Abdurrahman bin Yazid bin Jabir bercerita kepadaku, bahwa ada orang tua yang berperangai kasar pada masa jahiliyah berkata, ‘Hai Muhammad! Ada 3 hal yang aku dengar darimu. Tak patut bagi siapapun yang berakal untuk mempercayai perkataanmu terkait 3 hal itu’

Kemudian orang tua itu melanjutkan pembicaraannya, ‘Aku mendengar engkau mengatakan bahwa bangsa Arab akan meninggalkan berhala-berhala yang mereka dan nenek moyang mereka sembah selama ini’.

‘Aku juga mendengar engkau mengatakan kita akan meraih harta-harta simpanan Kisra dan Kaisar’, kakek tua itu melanjutkan, ‘Darimu aku juga mendengar bahwa kita akan mati lalu dibangkitkan kembali’.

Rasulullah ﷺ mendekati kakek tua itu dan bersabda, ‘setelah itu aku akan meraih tanganmu pada hari kiamat nanti, dan aku akan mengingatkanmu pada kata-katamu ini’.

Dengan heran orang tua itu bertanya, ‘Engkau tidak akan melupakan aku diantara semua orang yang mati?’

Rasulullah ﷺ pun menjawab, ‘Aku tidak akan melupakanmu diantara semua orang yang mati’.

Orang tua itu kemudian berumur panjang hingga Rasulullah ﷺ wafat. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kaum muslimin mengalahkan Kisra dan Kaisar. Orang tua itu kemudian masuk islam dan keislamannya membaik.

Umar bin Khattab sering mengucapkan salam kepadanya di masjid nabawi karena ia memuliakan kata-kata yang pernah Rasulullah ﷺ sampaikan kepadanya. Umar menemui orang tua itu lalu berkata, ‘Kini engkau sudah masuk islam dan rasulullah ﷺ berjanji akan meraih tanganmu. Ketika rasulullah ﷺ meraih tangan siapapun, ia pasti beruntung dan berbahagia, insyaallah

Maka siapa yang tidak ingin tangannya diraih oleh tangan Rasululllah ﷺ dihari kiamat kelak?

 

Kyoto, 24 April 2016

Hidayat Panuntun

 

 

Sumber: kitab an-Nihayah fil Fitan wal Malahim, penulis: Ibnu Katsir. T

Text ‘arab bisa diliat di bawah ini

ibnukatsir1

Belajar menjadi suami yang baik

great husband

Tidak sedikit pasangan suami istri di Indonesia yang akhirnya memilih bercerai karena menghadapi permasalahan rumah tangga mereka. Salah satu kekurangan yang harus dibenahi adalah tidak adanya kewajiban mengambil pelatihan menjadi suami yang baik. Menjadi dokter saja butuh waktu paling tidak 5 tahun untuk bisa menjadi dokter. Bagaimana dengan menjadi suami??

Imam untuk istrinya, teladan bagi calon anak-anaknya, nahkoda yang oleh Allah dibebani kewajiban untuk menjaga seluruh anggota keluarganya dari api neraka. Dan sayangnya, di Indonesia, tidak ada kewajiban untuk mengambil “mata kuliah” menjadi suami sebelum mereka menikah.

Maka, mari belajar menjadi suami yang baik. Mari belajar menjadi pendengar yang baik.

 

[iframe src=”//www.ytcropper.com/embed/c456e12e4e60dc2″ width=”640″ height=”480″]

 

Kyoto, 10 Maret 2016

Hidayat Panuntun

abu dahdah sang pembeli pohon kurma di surga

pohon kurma abu dahdahBagaimana menurut kalian, apabila ada yang mau melakukan pertukaran barang, 1 pohon pisang dengan 1 kebun penuh yang berisi pohon pisang, adilkah pertukaran itu??

Logika manusia pasti akan mengatakan, tidak ada yang mau melakukan pertukaran seperti itu.

Tapi tunggu dulu, manusia generasi terbaik umat ini pernah ada yang melakukan pertukaran itu. 1 pohon ditukar dengan berhektar-hektar kebun. Mari kita simak kisahnya.

Dikisahkan ada anak yatim, yang dihalaman rumahnya terdapat 1 pohon kurma milik tetangga. Karena ada suatu keperluan, maka si anak yatim meminta keikhlasan si pemilik pohon kurma untuk memberikan 1 pohon tersebut kepadanya.

Anak yatim itu berkata, “kau punya banyak pohon kurma, kehilangan 1 pohon tidak akan merugikanmu sama sekali. Jadi saya mohon keikhlasannya”. Tapi si tetangga menolak.

Anak ini mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam mengenai permasalahannya tersebut. Kemudian rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam berkata kepada tetangga anak tersebut, “berikan kepadanya, engkau akan mendapatkan 1 pohon kurma di surga”. Sayangnya, tetangga anak yatim tersebut tetap tidak mau memberikannya.

Dengan cepat kemudian Abu dahdah radhiallahu ‘anhu berkata kepada tetangga si anak yatim, “Engkau tahu kebun kurma milikku?”

“Apakah ada seseorang di Madinah yang tidak mengetahui kebun tersebut?”,jawab si tetangga anak yatim (hal ini menunjukkan bahwa kebun milik abu dahdah populer di kalangan warga Madinah).

“Aku beli 1 pohon kurmamu dengan kebunku tersebut”, kata abu dahdah dengan mantap.

Satu-satunya harta milik abu dahdah ketika itu, kebun kurma yang berisi 500-600 pohon, akhirnya dijual dengan 1 pohon kurma milik tetangga anak yatim tersebut.

Kemudian abu dahdah pun pergi menemui rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dan berkata, “Wahai rasulullah, aku telah membeli pohon kurma tersebut, aku bayar dengan kebunku. Sekarang aku berikan pohon kurma itu kepadamu”.

“Alangkah banyaknya tandan kurma yang harum baunya milik abu dahdah di syurga kelak”, Jawab rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam kepada abu dahdah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam mengucapkan kalimat tersebut tidak hanya 1 atau 2 kali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam mengucapkan kalimat tersebut berulang-ulang hingga abu dahdah pun pergi untuk menemui keluarganya.

“wahai ummu dahdah, keluarlah engkau dari situ, aku telah menjualnya dengan 1 pohon di syurga”, kata abu dahdah kepada istrinya.

Ummu dahdah (istri abu dahdah) pun menjawab, “Alangkah beruntungnya jual beli (perniagaan) yang telah kau lakukan itu”.

“Betapa banyak pohon kurma yang merunduk karena lebat buahnya, akar-akarnya dari mutiara dan Yaqut, bagi Abu Dahdah di surga.”(Tafsir Ibnu Abi Hatim, 12/286 dan Tafsir Ibnu Katsir, 8/14)

Tidak sedikit dari kita yang masih berpikir, harta yang kita sedekahkan/infakkan di jalan Allah, itu akan mengurangi harta yang kita miliki. Hitungan sederhananya, apabila seseorang mempunyai uang 100ribu, dia infakkan 50ribu maka uang yang dia miliki tinggal 50ribu.

Padahal tidak! Justru uang yang tersisa didompet itulah yang akan habis (Makan bakso, beli susu, beli bensin^_^), dan uang yang dia infak itulah yang akan dilipatgandakan hingga 700x lipat oleh allah.

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (al-baqarah, 261)

Menunggu kaya?

Sebagian orang akan mengatakan, “ya, nantilah kalau kita sudah punya uang yang cukup, kita akan bersedekah insyaallah”.

Berhati-hatilah, karena syaitan itu sangat lembut dalam menggoda manusia. Bapak kita, Nabi Adam, yang Allah menciptakan langsung dengan tanganNYA, meniupkan ruh dan mengajarkan ilmu yang tidak diajarkan kepada malaikat saja masih bisa digoda oleh iblis sehingga diturunkan ke bumi, lalu bagaimana dengan kita? Adakah yang bisa menjamin dirinya tidak akan terjerumus godaan syaitan??

Maka tanyakanlah kepada diri masing-masing, apabila didalam dompet HANYA ADA UANG 1000 rupiah, beratkah dia untuk menginfakkan 500 dari uang 1000 tersebut? Tentu saja tidak berat, meskipun itu artinya 50% dari hartanya telah berkurang.

Lalu bagaimana jika didompet ada uang 100 juta, masihkah dia mau berinfak 50% dari hartanya?? Atau dia hanya mau tetap berinfak 500 saja?

Masyaallah, Ayo jangan ditunda-tunda.

Mari kita sama-sama menjemput syurga Allah seluas langit dan bumi.

 

Kyoto, 8 Oktober 2015

Hidayat Panuntun

sebuah pelajaran dari khadijah radhiallahu ‘anha

pelajaran dari khadijah“Selimuti aku.. selimuti aku..” Begitu pinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dengan tubuh gemetar kepada istrinya, Khadijah radhiallahu ‘anha. Khadijah pun menyelimuti beliau shallallahu ‘alaihi wassalam hingga beliau shallallahu ‘alaihi wassalam merasa tenang.

“Aku sangat mengkhawatirkah diruku” sambung rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Dengan lembut Khadijah pun berkata, “tidak, demi Allah, Allah tidak akan menjadikanmu bersedih sama sekali. Engkau adalah orang yang suka menyambung silaturahmi, menghormati tamu, suka meringankan beban orang lain dan menolong orang yang tertimpa musibah. (Mukhtashar al bidayah Wan nihayah, Ibnu Katsir, 158)

Tak hanya menghibur, untuk lebih menenangkan suami tercintanya, Khadijah radhiallahu’anha kemudian mengajak rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam menemui pamannya, waraqah bin naufal, seorang ahli kitab. Hingga pada akhirnya beliau shallallahu ‘alaihi wassalam yakin bahwa puncak kegelisahan yang baru saja beliau alami adalah awal dari sebuah hidayah yang tidak hanya merubah wilayah arab saja, tapi seluruh alam.

Kriteria Suami yang Baik

Sebelum menuntut banyak hal kepada Istri, alangkah baiknya jika kita memenuhi dulu kriteria suami yang baik menurut dialog antara Khadijah radhiallau’anha dan rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam diatas. Yakinkan istri kita bahwa kita adalah suami yang baik yang harus didukung perubahannya.

Kriteria suami yang baik menurut dialog tersebut adalah:

  • Suka menyambung tali silaturahim.
  • Menghormati tamu.
  • Suka meringankan beban orang lain.
  • Menolong orang yang tertimpa musibah.

Sudahkan kita memenuhi kriteria-kriteria tersebut? Untuk para suami, kriteria tersebut harus wajib dipenuhi agar istri menjadi semakin yakin bahwa suaminya adalah suami yang baik yang harus didukung setiap rencana perubahannya.

Ketika suami gelisah

Pelajaran lain yang bisa diambil dari kisah tersebut adalah bagaimana memperlakukan suami ketika suami gelisah, galau, sedih, tertimpa musibah.

Mari kita tanyakan kepada diri kita, apa yang akan kita lakukan pertama kali saat melihat suami masuk rumah dalam keadaan galau, tatapan kosong, atau bahkan hingga meneteskan airmata layaknya anak kecil..??

Sependek yang saya tahu, respon istri biasanya adalah kalimat Tanya “kenapa?” “ada apa?” atau kalimat-kalimat Tanya sejenis.

Ummul mu’minin Khadijah radhiallahu’anhu memberikan sebuah solusi yang sangat aplikatif bagi para istri untuk menyambut suami tersebut.

  • Saat suami pulang dalam keadaan gelisah, usahakan jangan banyak bertanya. Lakukan apa yang diinginkan suami. Apabila suami tidak berkata apa-apa, berikan sentuhan fisik untuk memberi ketenangan pada suami tercinta.

Hal ini juga dilakukan Khadijah saat menyambut suaminya yang sedang gelisah. Masuk rumah dengan tubuh gemetar dan ketakutan, Khadijah tidak serta merta langsung menanyakan, “Ada apa wahai suamiku?”, “Engkau kenapa wahai suamiku?”.

Baliau radhiallahu’anha melakukan apa yang diperintahkan oleh suami tercintanya, bahkan Khadijah tidak menanyakan apa yang terjadi hingga suaminya sendiri yang menceritakan kisahnya kepada Khadijah.

  • Saat suami sudah tenang, jadilah istri yang siap mendengarkan. Jangan memotong dan menunjukkan sikap tidak percaya terhadap kisah yang dialami sang suami.
  • Hibur suami dengan kalimat hiburan yang bisa menenangkan.
  • Saat suami mengeluarkan kalimat kurang percaya diri terhadap dirinya sendiri, jadilah orang pertama yang percaya dan menyebutkan kelebihan-kelebihan suami.
  • Damping suami dan jadilah istri yang menawarkan alternatif solusi dari setiap proses perubahan yang bisa mendekatkan diri kepada Allah.
  • Berikanlah waktu sejenak untuk suami agar istirahat.
  • Ajak suami untuk menemui orang yang berilmu yang dapat memberikan solusi atas masalahnya tersebut.

Semoga Allah memudahkan kita untuk memenuhi kriteri Suami yang baik dan menjadikan istri kita sebagai penyejuk hati dan pandangan kita

 

Nasihat untukmu wahai saudaraku

nasihat untuk pemimpin

Umar bin Khattab,

Sepertinya hampir tidak ada kaum muslimin yang tidak mengenal beliau, kedudukan dan keutamaannya dalam islam.

Tapi tahukah teman, sebelum umar masuk islam, umar adalah orang yang paling keras permusuhannya dengan Islam.

Kaum muslimin saat itu tidak pernah terpikirkan sedikitpun jika umar yang keras perangainya tersebut bisa tunduk hati masuk Islam. Bahkan sampai dikatakan, umar tidak akan masuk islam hingga keledai Al-khattab masuk islam. Sebuah ungkapan yang menggambarkan bagaimana tidak mungkinnya jika umar bin khattab masuk islam.

Namun, semua yang ada di langit dan bumi ini berada di bawah kehendak Allah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan kepada Ummu Salamah, “Wahai Ummu Salamah, hati seorang anak Adam berada dalam jari-jemari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Barang siapa yang Allah kehendaki akan diberi petunjuk dan barang siapa yang Dia kehendakai ia akan disesatkan.” (HR. Tirmidzi, no.3522).

Meskipun keras dan kejamnya permusuhan Umar bin Khattab terhadap islam ketika itu, bahkan diriwayatkan sampai akan membunuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam tetap mendoakan kebaikan untuk Umar bin Khattab.

Suatu hari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Ya Allah, muliakan Islam dengan salah satu dari dua orang yang engkau cintai yaitu Abu jahal bin Hisyam atau Umar bin Khattabb.” Maka yang lebih Allah cintai dari keduanya adalah Umar bin Khattab.(Lihat Shahih Sunan Ibnu Hibban 12/305).

Dan lihat kemudian, Allah memberinya hidayah sehingga Umar masuk islam, bahkan menjadi salah satu dari 10 orang yang dijanjikan masuk syurga.

Dakwah di thaif,

“Apakah pernah datang kepadamu, wahai rasulullah, satu hari yang lebih berat dibandingkan dengan saat perang Uhud?”  tanya sang istri tercinta, ‘aisyah radhiallahu ‘anha kepada suami kesayangannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Aku telah mengalami penderitaan dari kaummu. Penderitaan paling berat yang aku rasakan, yaitu saat ‘Aqabah, saat aku menawarkan diri kepada Ibnu ‘Abdi Yalîl bin Abdi Kulal, tetapi ia tidak memenuhi permintaanku. Aku pun pergi dengan wajah bersedih. Aku tidak menyadari diri kecuali ketika di Qarnust-Tsa’âlib, lalu aku angkat kepalaku. Tiba-tiba aku berada di bawah awan yang sedang menaungiku. Aku perhatikan awan itu, ternyata ada Malaikat Jibril , lalu ia memanggilku dan berseru: ‘Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mendengar perkataan kaummu kepadamu dan penolakan mereka terhadapmu. Dan Allah Azza wa Jalla telah mengirimkan malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan melakukan apa saja yang engkau mau atas mereka. Malaikat (penjaga) gunung memanggilku, mengucapkan salam lalu berkata: ‘Wahai Muhammad! Jika engkau mau, aku bisa menimpakan Akhsabain (Dua gunung besar di Mekkah, yaitu Gunung Abu Qubais dan Gunung Qu’aiqi’an. Ada juga yang mengatakan Gunung Abu Qubais dan Gunung al-Ahmar).”

Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “(Tidak) namun aku berharap supaya Allah Azza wa Jalla melahirkan dari anak keturunan mereka orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua”. [HR Imam al-Bukhâri dan Imam Muslim].

Sebegitu jahat dan kejam perlakuan penduduk thaif kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam, tapi beliau tetap menolak permintaan malaikat penjaga gunung. Bahkan beliau malah mendoakan agar kelak dari anak keturunan mereka akan muncul orang-orang yang beribadah hanya kepada Allah ta’ala saja.

Pelajaran untuk Indonesia

Sudah menjadi kewajiban bagi rakyat untuk menasihati dan meluruskan pemimpinnya apabila melakukan kesahalan. Akan tetapi, oleh rakyat indonesia, kewajiban ini dilakukan dengan cara menghujat dan men-share berita-berita negatif dari media massa.

Al-Hafizh Abu Ishaq as-Sabi’i berkata:

ما سب قومٌ أميرهم إِلا حُرموا خيره

“Tidaklah suatu kaum mencaci penguasa mereka kecuali diharamkan mereka dari kebaikannya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr di dalam at-Tamhid 21/287)

Begitu ada kekeliruan yang dilakukan, maka blow-up dan share berita kekeliruan tersebut akan dengan cepat menyebar. Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang sengaja mencari-cari kesalahan dan menuliskannya kemudian menyebarkannya lewat berbagai media sosial.

Pemimpin (presiden indonesia) bukanlah nabi yang tanpa dosa. Dia hanyalah manusia biasa yang diberi amanah oleh Allah untuk mengurus Indonesia. Kewajiban kita sebagai rakyat adalah menasihati pemimpin dan meluruskannya apabila terjadi kesalahan, bukan sengaja mencari cela dan kesalahan yang dilakukan.

Cara menasihati pemimpin harus dilakukan dengan cara yang syar’i sesuai dengan kaidah yang telah diajarkan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam kepada kita.

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

من أراد أن ينصح لسلطان بأمر فلا يبد له علانية ولكن ليأخذ بيده فيخلو به فإن قبل منه فذاك وإلا كان قد أدى الذي عليه له

“Barang siapa yang hendak menasihati penguasa pada suatu perkara maka janganlah dia tampakkan kepadanya terang-terangan, tetapi hendaknya dia pegang tangannya dan menyendiri dengannya. Kalau dia (penguasa) menerima (nasihat tersebut) maka itu bagus, dan kalau tidak maka dia telah memunaikan kewajibannya memberikan nasihat.” (Diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad dalam Musnad-nya 3/403 dan Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah hlm. 507 dan dishahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Zhilalul Jannah: 1096).

Alangkah baiknya apabila kita mencontoh akhlak rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam dalam kisah umar dan dakwah di thaif. sejelek-jelek tindakan mereka terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dan Islam, Rasullullah tetep mendoakan kebaikan untuk mereka. Dan saat Allah ta’ala mengabulkan doa beliau shallallahu ‘alaihi wa salam, maka itu menjadi kebaikan untuk perkembangan islam.

Jadi, dari pada mencela, menshare, memblow-up berita keburukan tentang pemerintah, akan lebih baik jika kita menasihati mereka dengan cara yang baik (syar’i). Karena sesuatu yang baik itu tidak bisa tercapai kecuali dengan cara yang baik pula. Bahkan mencela, menshare, memblow-up berita tersebut hanya akan menambah kedengkian dan permusuhan, bukan menciptakan kebaikan. Yang mencela pun boleh jadi tidak lebih baik dari pada yang dicela apabila diserahi amanah yang sama.

Doakan mereka dengan kebaikan, karena Allah lah Rabb pemilik segala sesuatu. Dia lah Rabb yang memegang ubun-ubun dan hati setiap manusia maka tidak ada sesuatu hal pun yang tidak mungkin bagi Allah.

 

ps: penulis bukanlah pendukung salah satu dari 2 calon presiden saat pilpres [bahkan tidak mencoblos keduanya karena satu dua hal teknis, ^^], penulis hanyalah salah satu dari sekian banyak hamba Allah yang menginginkan kaum muslimin di Indonesia berhenti menghujat dan mendoakan kebaikan bagi presiden indonesia.

 

kyoto, 6 April 2015

Hidayat Panuntun