Engkau adalah tabungan untuk akhiratku

tabungan akhiratBeberapa hari terakhir ini, ammar (3 yr 2 mo) – anak pertama kami, di kasur pegang perut sambil bilang, “abi, pelut mas ammar kotelaksi (mau bilang “kontraksi” maksudnya)”.

Spontan kami pun tertawa mendengar kalimat itu, setengah heran, gimana dia bisa membuat kalimat dengan kata kontraksi, sebuah kata yang bahkan calon ibu yang baru hamil pertama kali kadang bingung rasanya bagaimana.

Dilain waktu, ammar berbincang dengan adeknya (Maryam) saat adeknya ngambil mainan punya dia, ammar pun berkata “itu punya mas ammar, sayaang”,

Atau saat adeknya mau numpahin air yang ada digelas, “jangan naak”

dilain waktu terkadang saat abinya batuk/bersin, ammar pun berkata “yahamukawoh (yarhamukallah-maksudnya)”

Tertawa geli kami melihat kalimat demi kalimat yang keluar dari anak pertama kali. Setelah kami pikir-pikir, hampir semua kalimat yang keluar dari mulut ammar adalah kalimat yang sering keluar dari mulut ummi dan abinya.

Begitulah tabiat seorang anak kecil, orangtuanya lah yang menjadi guru pertama bagi si-anak, madrasah kehidupan dia pertama kali ketika berada di dunia. Jika si Bapak dan Ibu mengajari anaknya dengan kebaikan, insyaallah dia akan mengenal kebaikan sejak dini, begitu pula sebaliknya. Masih ingatkah kita dengan hadist ini

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara), maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan ath-Thabarani dalam al-Mu’jamul Kabir.

 

Setiap buah akan jatuh tidak jauh dari pohonnya. Begitu pula dengan seorang anak, semua yang ada pada diri si-anak tidak jauh beda dengan orang tuanya. Bisa kita perhatikan, bapak-ibunya penyanyi, anaknya pun diarahkan jadi penyanyi. Bapak-Ibunya artis maka anaknya pun sedari kecil diorbitkan menjadi artis.

 

Anak adalah asset

 

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau do’a anak yang shalih.” (HR. Muslim no. 1631)

Memulai mengajarkan kebaikan kepada anak dari sejak dini merupakan sebuah usaha yang insyaallah bisa mendatangkan kebaikan untuk orang tua.

Berdoa meminta kepada Allah sebagaimana Nabi Ibrahim meminta diberikan keturunan yang sholih.

Tawakkal kepadaNYA sebagaimana Nabi Ya’qub berserah diri kepada Allah saat kehilangan putra tercintanya, Nabi Yusuf.

Mari mencetak asset terbaik untuk bekal kampung akhirat kita.

[embedyt] http://www.youtube.com/watch?v=YZ3YIzzCWnQ[/embedyt]

 

Kyoto, 8 Juli 2016

Hidayat Panuntun