Engkau adalah karunia Allah untukku

 

Alkisah suatu ketika saat sepasang suami istri sedang jalan-jalan, si istri tiba-tiba bertanya, “yang, mana yang lebih cantik, ummi atau perempuan di bawah pohon itu”. Si abi yang menyadari “pertanyaan jebakan” dari istri pun memilih untuk diam pura-pura tidak mendengarkan. Si istri pun mengulangi pertanyaan dengan suara yang lebih keras, “sayaang, mana yang lebih cantik antara ummi dan perempuan di bawah pohon itu?”. Si Abi masih saja pura-pura tidak paham dengan pertanyaan istrinya kemudian menjawab, ‘hah, apa mi? (sambil siul siul melihat langit)”. Si istri sudah mulai merah padam, “cepet jawaab!”. Akhirnya si suami pun menjawab, “cantik ummi lah”. Baru selesai menjawab, si istri kemudian langsung menyahut, “abi bohoong.. yang jujur abii”, sambung si istri sambil cemberut. Demi melihat si istri tidak cemberut akhirnya si suami menjawab , “ya udah, cantik dia dikit ummi”. Si istri pun langsung menyahut dengan cepatnya, “dasar abi mata keranjaaang”. Si abi (Suami).. (pura-pura mati).

 

Di lain kesempatan, suatu ketika si istri tertidur menunggu suami pulang dari kantor. Si suami lupa untuk mengabarkan kepada istri bahwa ia akan pulang terlambat. Sesampainya di rumah, si suami pun langsung tidur, karena saking capeknya, si suami pun tertidur tanpa memeluk istrinya. Menjelang shubuh pun si suami bangun untuk melaksanakan sholat malam, suami terkejut saat melihat istrinya sudah bangun dan menangis sesenggukan. Dengan halus suami pun bertanya kepada istri, “ummi kenapa menangis?”. Istri pun menjawab, “abi dah ga sayang lagi sama ummi!”. Jedeeer, suami pun bingung dibuatnya, “kenapa?” tanya suami. “Tadi malem ummi tidurnya ga dipeluk”, kata istri.  Si abi (suami), “tuiing…tuing, (jedot-jedotin kepala ke tembok)”

 

Begitulah seorang perempuan dengan sifat-sifatnya yang telah Allah tetapkan untuk perempuan. Sebagai seorang laki-laki (suami), haruslah bisa memahami sifat dan karakteristik tersebut. Bagi yang sudah berumah tangga, mungkin ada “kejadian menarik” lainnya yang akan membuat tersenyum lebar saat mengingat kejadian tersebut.

Tidak sedikit orang yang sudah berumah tangga, saat ditanya tentang pengalaman mengarungi bahtera rumah tangga, mereka akan menjawab “ternyata tidak seindah dan semulus yang dibayangkan sebelum menikah”. Tapi ijinkan lah saya memberikan jawaban lain, kehidupan rumah tangga itu seindah yang saya bayangkan, bahkan jauh lebih indah dari yang saya bayangkan dahulu sebelum menikah. Bahkan tidak hanya itu, jauh lebih bermakna dan jauh lebih bisa mendekatkan diri kepada Allah ‘azza wa jalla.

Untuk seorang istri, sebelum menikah sah-sah saja membayangkan bahwa kelak suami anda adalah seorang yang rupawan, ganteng, kaya raya, tidak sombong, suka menabung, penyayang, dan berbagai gambaran indah lainya.

Begitu pula dengan seorang suami, sebelum menikah bolah saja membayangkan kelak istrinya cantik bagaikan foto model, kaya, penyayang, dll.

Terwujudkah keinginan “sempurna” dalam bayangan sebelum menikah? Tidak ada yang sempurna di dunia ini, kesempurnaan itu hanyalah milik Allah semata. Tugas kita sebagai hamba adalah mensyukuri setiap nikmat yang telah diberikan kepada kita. Tidak mungkin bagi setiap keluarga untuk bisa terbebas dari dinamika kehidupan. Ada kalanya bahagia, sedih, tertawa, menangis, itu lah yang telah ditetapkan Allah terhadap anak-anak Adam di dunia ini.

Belajar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

“Orang terbaik di antara kalian ialah orang yang terbaik dalam memperlakukan istrinya, dan aku adalah orang terbaik di antara kalian dalam memperlakukan istriku.” (Hr. At-Tirmidzi).

Teman, tidak ada salahnya bila sejenak kita kembali memutar lamunan dan gambaran tentang istri ideal dan idaman yang pernah singgah dalam benak Anda. Selanjutnya, bandingkan gambaran istri idaman kita dengan gambaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kaum wanita berikut ini,

“Wanita itu bagaikan tulang rusuk. Bila engkau ingin meluruskannya, niscaya engkau menjadikannya patah, dan bila engkau bersenang-senang dengannya, niscaya engkau dapat bersenang-senang dengannya, sedangkan ia adalah bengkok.” (Muttafaqun ‘alaihi)

“Tidak mungkin istrimu kuasa bertahan dalam satu keadaan. Sesungguhnya, wanita itu bak tulang rusuk. Bila engkau ingin meluruskannya, niscaya engkau menjadikannya patah. Adapun bila engkau biarkan begitu saja, maka engkau dapat bersenang-senang dengannya, (tetapi hendaklah engkau ingat) ia adalah bengkok.” (Hr. Ahmad)

Yup, wanita itu bagaikan tulang rusuk, bahkan hawa pun diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk nabi Adam. Oleh karena itu, apabila kita meluruskannya maka akan menjadikannya patah. Wanita itu memang seperti kaca, akan mengkilap apabila dibersihkan dengan lembut tapi akan retak apabila terlalu bertenaga dalam membersihkannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperlakukan dengan sempurna istri-istri beliau. Mari kita simak bagaimana rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersikap saat menjumpai istri nabi marah,

Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berada di salah satu rumah istri-istrinya. Suatu ketika salah seorang dari istri Nabi mengutus seseorang untuk memberikan piring yang berisi makanan kepada Nabi. Kemudian seorang istri Nabi memukul tangan utusan tersebut hingga terjatuhlah piring tersebut dan pecah. Nabi pun segera mengumpulkan pecahan piring tersebut, kemudian mengumpulkan makanan yang telah terjatuh dari piring tersebut. Nabi pun berkata, “Ibumu sedang cemburu.” Kemudian Nabi menahan utusan tersebut sampai menyerahkan piring baru yang ada di rumah istri beliau, sebagai pengganti piring yang telah pecah tadi, dan membereskan pecahan piring yang tadi. (HR. Al-Bukhari).

Ya.. disaat istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memecahkan piring, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  pun segera membersihkan pecahan piring tersebut dan bersabda, “ibumu sedang cemburu”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak marah atas kejadian tersebut.

Selanjutnya mari kita simak bagaimana rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menenangkan istri-istri beliau yang sedang berselisih (antara hafsah dan shafiyyah), dimana hafsah mencela shafiyyah dengan dengan ucapan yang tidak disukainya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  mendapati shafiyyah sedang menangis dan bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Shafiyyah menjawab: “Hafshah mencelaku dengan mengatakan begini.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata menghiburnya: “Sesungguhnya engkau adalah putri seorang nabi dan pamanmu adalah seorang nabi dan engkau adalah istri seorang nabi, lalu bagaimana dia membanggakan dirinya terhadapmu?” Kemudian beliau menasehati Hafshah: “Bertakwalah kepada Allah, wahai Hafshah”. (HR. An-Nasai)

Lihatlah bagaimana allah menenangkan shafiyyah dengan pujian yang tinggi, Sesungguhnya engkau adalah putri seorang nabi dan pamanmu adalah seorang nabi dan engkau adalah istri seorang nabi, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak marah kepada hafsah bahkan menasihati hafsah untuk bertakwa kepada Allah.

Nah, sekarang. Sudah selesaikah anda memutar lamunan dan gambaran tentang istri ideal dan idaman yang pernah singgah dalam benak Anda? Kalau sudah selesai, mungkin kita perlu membaca hadist yang telah saya tulis diatas

Wanita itu bagaikan tulang rusuk. Bila engkau ingin meluruskannya, niscaya engkau menjadikannya patah, dan bila engkau bersenang-senang dengannya, niscaya engkau dapat bersenang-senang dengannya, sedangkan ia adalah bengkok”.

Kita tidak akan pernah mendapati tulang rusuk yang lurus sempurna, begitu pula dengan wanita dimana rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpakannya dengan hal tersebut. Bagian yang paling menyenangkan adalah “..dan bila engkau bersenang-senang dengannya, niscaya engkau dapat bersenang-senang dengannya..

Kalau kita sudah selesai memutar lamunan dan gambaran tentang istri ideal yang pernah singgah dalam benak, kita pasti bakal terkejut (terutama untuk saya pribadi) karena akan mendapati berbagai kelebihan dan kebaikan yang terdapat pada istri. 🙂

Segala puji bagi Allah, Rabb yang telah mengaruniakan kepada ku nikmat istri yang shalihat yang menjadi penyejuk hati saat melihatnya.

Kyoto, 4 Juli 2014

Hidayat Panuntun