Murah dibumi, mahal dilangit

mahal di langit

Kita sudah cukup familiar dengan sebuah untaian kata “tidak terkenal di bumi, terkenal di langit” untuk menggambarkan sosok uwais bin amir al-qarn.

Kali ini mari kita duduk dan mendengarkan sebuah hadist, yang mengabarkan sesosok manusia yang paling cocok digambarkan dengan kalimat “Murah di bumi, akan tetapi mahal di langit”.

Mari kita duduk dan mendengarkan kisah yang disampaikan oleh sahabat Nabi Shallallahu’alaihi wasallam, Anas bin Malik radiallahu ‘anhu.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، أَنَّ رَجُلا مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ كَانَ اسْمُهُ زَاهِرًا , وَكَانَ يُهْدِي إِلَى

النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , هَدِيَّةً مِنَ الْبَادِيَةِ ، فَيُجَهِّزُهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ,

إِذَا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إِنَّ زَاهِرًا بَادِيَتُنَا وَنَحْنُ

حَاضِرُوهُ ” وَكَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّهُ وَكَانَ رَجُلا دَمِيمًا , فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى

:اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , يَوْمًا وَهُوَ يَبِيعُ مَتَاعَهُ وَاحْتَضَنَهُ مِنْ خَلْفِهِ وَهُوَ لا يُبْصِرُهُ ، فَقَالَ

مَنْ هَذَا ؟ أَرْسِلْنِي . فَالْتَفَتَ فَعَرَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ لا يَأْلُو مَا

أَلْصَقَ ظَهْرَهُ بِصَدْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ عَرَفَهُ ، فَجَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ

عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , يَقُولُ : ” مَنْ يَشْتَرِي هَذَا الْعَبْدَ ” ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِذًا وَاللَّهِ

تَجِدُنِي كَاسِدًا ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” لَكِنْ عِنْدَ اللَّهِ لَسْتَ بِكَاسِدٍ ” أَوْ

قَالَ : ” أَنتَ عِنْدَ اللَّهِ غَالٍ ”

Dari Anas bin Malik: ‘Bahwasanya ada seorang dari penduduk desa (Arab badui) yang bernama Zahir, dia selalu menghadiahkan berbagai hadiah dari desa untuk Nabi ﷺ. Jika Nabi ﷺ hendak keluar, beliau menyiapkan perbekalannya.

Lalu bersabda: ‘Sesungguhnya Zahir adalah desa kami (maksudnya beliau ﷺ bisa belajar darinya sebagaimana orang Badui mengambil manfaat dari padang Sahara) dan kami adalah kotanya (yang membuka pintu Madinah lebar-lebar untuk kehadirannya). Nabi ﷺ mencintainya, dia adalah seorang yang buruk wajahnya namun baik hatinya.

Suatu hari Nabi ﷺ mendatanginya sementara ia sedang menjual barangnya, lalu beliau mendekapnya dari belakang, sementara dia tidak bisa melihat beliau. Zahir berseru: ‘Siapa ini? Lepaskan aku!’ Kemudian ia menengok ke belakang dan ia tahu bahwa itu adalah Nabi ﷺ. Ketika dia tahu, dia tetap merapatkan punggungnya agar bersentuhan dengan dada Nabi ﷺ.

Lalu Nabi ﷺ berseru, ‘Siapa yang mau membeli hamba sahaya ini?’ Zahir menjawab, ‘Wahai Rasulullah, kalau begitu demi Allah, engkau akan mendapatiku (terjual) sangat murah.’ Nabi ﷺ bersabda, ‘Akan tetapi, di sisi Allah engkau tidaklah murah.’ atau ‘Di sisi Allah engkau sangat mahal.’ (HR. Ahmad 12669).

Banyak orang berusaha agar menjadi berharga (terkenal), dihormati oleh orang lain di muka bumi ini. Tidak sedikit pula orang yang mengasuransikan suaranya, betisnya, dan bagian tubuh lainnya karena merasa itu berharga dan harus dijaga bagi orang tersebut selama hidup di dunia.

Akan tetapi di akhirat, tidak sedikit yang melupakan bagian untuk kampung abadi tersebut.

Maka, sungguh indah nasihat dari para salaf,

إذا رأيت الرجل ينافسك في الدنيا فنافسه في الآخرة

“Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat”

Jangan sedih apabila engkau diremehkan dan tidak dianggap oleh orang lain, jadilah engkau mahal disisi Allah Pemilik Langit dan Bumi.

.

Kyoto, 19 Juli 2016

Hidayat Panuntun